21 Agustus 2018

Kadou dan Sadou

Kadou dan Sadou

oleh: Sarah Alifia


Satu lagi paket kebudayaan Jepang yang masih terjaga hingga saat ini, Kadou dan Sadou. Kawan-kawan pernah mendengar nama-nama tersebut? Dua hal tersebut di atas selalu dikombinasikan bersama dalam satu waktu. Dua kebudayaan ini masih menjadi daya tarik yang besar pagi warga luar Jepang. Sering sekali kita jumpai kegiatan yang mengusung tema Kadou dan Sadou.



Kadou adalah seni merangkai bunga dari Jepang. Kadou juga memiliki sebutan lain yaitu, Ikebana. Kadou memanfaatkan berbagai jenis bunga dan rerumputan untuk dinikmati keindahannya. Dalam Kadou terdapat beberapa aliran yang memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan keindahan rangkaian bunga.

Kesenian ini juga memiliki tujuan lain yaitu, menyelamatkan tumbuhan yang hampir mati. Biasanya, untuk keperluan Kadou, bunga dan tumbuhan yang digunakan tidak selalu yang masih segar. Bunga yang hampir layu, ranting yang patah, daun yang sudah menguning pun bisa digunakan dalam Kadou. Semua itu untuk menggambarkan kehidupan yang tidak selalu bagus, masa-masa sulit pun pasti datang dalam kehidupan.

Kadou terbagi menjadi dua tipe, Nagaire dan Moribana. Nagaire adalah tipe seni merangkai bunga dengan menggunakan vas yang tinggi. Sedangkan Moribana adalah tipe seni merangkai bunga dengan menggunakan vas yang rendah dan lebar.

Terdapat satu poin utama dalam setiap rangkaian bunga yang biasa disebut “putri”. Dalam satu rangkaian bunga akan ditonjolkan karakter “putri” sebagai fokusnya. Biasanya memakai bunga dengan warna mencolok untuk menguatkan kesan “tokoh utama” dalam satu rangkaian tersebut.

Sadou adalah salah satu budaya Jepang yang akan mengenalkan kita pada adat minum teh. Sadou atau biasa disebut Chanoyu memiliki hubungan yang cukup erat dengan Kadou. Dalam ruangan yang dipakai untuk upacara minum teh, biasa diletakkan lukisan dinding, rangkaian Ikebana, dan keramik pada satu area. Keseluruhan hiasan tersebut juga disesuaikan dengan musim untuk menunjang nuansa dalam ruangan.

Sadou atau Chanoyu dilakukan dengan sejumlah tata krama yang telah diajarkan sejak jaman nenek moyang. Tuan rumah dan tamu juga harus melakukan sikap duduk Seiza saat upacara minum teh berlangsung. Seiza adalah sikap duduk dengan melipat kaki ke belakang dan menduduki kaki yang diposisikan sejajar lurus. Sejak kecil, masyarakat Jepang sudah dilatih untuk duduk dengan posisi ini.

Teh yang disajikan dalam Sadou merupakan teh asli tanpa gula yang hanya dituang dengan air panas. Sebagai teman dalam menikmati teh, tuan rumah juga biasa menyajikan Wagashi. Wagashi adalah sejenis kue manis untuk mengimbangi rasa teh yang pahit. Seiring waktu, Wagashi mengalami perubahan bentuk rupa. Wagashi yang biasa ditemukan sekarang memiliki bentuk yang indah dengan berbagai macam warna, bahkan disesuaikan dengan nuansa musim.



Kedua kebudayaan Jepang ini menggambarkan ketenangan jiwa. Dengan mempraktikkan Kadou dan Sadou, kita akan merasakan pengalaman spritiual yang menenangkan. Banyak orang mencoba atau bahkan sampai terjun ke dunia Kadou dan Sadou untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Berikut adalah beberapa foto yang kami ambil dari Workshop Ikebana dan Sadou di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya oleh Mikiko Shimizu sebagai nara sumber utama. Jadi, apakah kawan-kawan berminat mencoba Kadou dan Sadou?

0 comments:

Posting Komentar

 
$("#zoom_07").elevateZoom({ zoomType : "lens", lensShape : "round", lensSize : 200 });