Bagi yang belajar bahsa Jepang menggunakan buku teks “Minna no Nihongo”, kini telah terbit "BUKU KUMPULAN SOAL-SOAL MINNA NO NIHONGO" yang merupakan serangkaian buku “Minna no Nihongo” baik untuk Jilid I maupun Jilid II.
Jika dalam Bahasa Inggris kita menempuh test TOEFL untuk mengetahui tingkat penguasaan berbahasa Inggris, dalam Bahasa Jepang juga terdapat test yang bernama JLPT. Dalam lingkup international disebut dengan istilah JLPT ( Japanese Language Proficiency Test), Dalam lingkup Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah UKBJ (Uji Kompetensi Bahasa Jepang) dan dalam Bahasa Jepang sendiri disebut dengan 日本語能力試験 'nihongo nouryoku shiken'.
EJU (Examination for Japanese University for International Students) digunakan sebagai ujian saringan guna mengukur kemampuan berbahasa Jepang dan kemampuan akademis dasar bagi pelajar yang ingin melanjutkan studi di universitas pada tingkat undergraduate atau lembaga pendidikan tinggi lainnya di Jepang.
Satu lagi paket kebudayaan Jepang yang masih terjaga hingga saat ini, Kadou dan Sadou. Kawan-kawan pernah mendengar nama-nama tersebut? Dua hal tersebut di atas selalu dikombinasikan bersama dalam satu waktu. Dua kebudayaan ini masih menjadi daya tarik yang besar pagi warga luar Jepang. Sering sekali kita jumpai kegiatan yang mengusung tema Kadou dan Sadou.
Kadou adalah seni merangkai bunga dari Jepang. Kadou juga memiliki sebutan lain yaitu, Ikebana. Kadou memanfaatkan berbagai jenis bunga dan rerumputan untuk dinikmati keindahannya. Dalam Kadou terdapat beberapa aliran yang memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan keindahan rangkaian bunga.
Kesenian ini juga memiliki tujuan lain yaitu, menyelamatkan tumbuhan yang hampir mati. Biasanya, untuk keperluan Kadou, bunga dan tumbuhan yang digunakan tidak selalu yang masih segar. Bunga yang hampir layu, ranting yang patah, daun yang sudah menguning pun bisa digunakan dalam Kadou. Semua itu untuk menggambarkan kehidupan yang tidak selalu bagus, masa-masa sulit pun pasti datang dalam kehidupan.
Kadou terbagi menjadi dua tipe, Nagaire dan Moribana. Nagaire adalah tipe seni merangkai bunga dengan menggunakan vas yang tinggi. Sedangkan Moribana adalah tipe seni merangkai bunga dengan menggunakan vas yang rendah dan lebar.
Terdapat satu poin utama dalam setiap rangkaian bunga yang biasa disebut “putri”. Dalam satu rangkaian bunga akan ditonjolkan karakter “putri” sebagai fokusnya. Biasanya memakai bunga dengan warna mencolok untuk menguatkan kesan “tokoh utama” dalam satu rangkaian tersebut.
Sadou adalah salah satu budaya Jepang yang akan mengenalkan kita pada adat minum teh. Sadou atau biasa disebut Chanoyu memiliki hubungan yang cukup erat dengan Kadou. Dalam ruangan yang dipakai untuk upacara minum teh, biasa diletakkan lukisan dinding, rangkaian Ikebana, dan keramik pada satu area. Keseluruhan hiasan tersebut juga disesuaikan dengan musim untuk menunjang nuansa dalam ruangan.
Sadou atau Chanoyu dilakukan dengan sejumlah tata krama yang telah diajarkan sejak jaman nenek moyang. Tuan rumah dan tamu juga harus melakukan sikap duduk Seiza saat upacara minum teh berlangsung. Seiza adalah sikap duduk dengan melipat kaki ke belakang dan menduduki kaki yang diposisikan sejajar lurus. Sejak kecil, masyarakat Jepang sudah dilatih untuk duduk dengan posisi ini.
Teh yang disajikan dalam Sadou merupakan teh asli tanpa gula yang hanya dituang dengan air panas. Sebagai teman dalam menikmati teh, tuan rumah juga biasa menyajikan Wagashi. Wagashi adalah sejenis kue manis untuk mengimbangi rasa teh yang pahit. Seiring waktu, Wagashi mengalami perubahan bentuk rupa. Wagashi yang biasa ditemukan sekarang memiliki bentuk yang indah dengan berbagai macam warna, bahkan disesuaikan dengan nuansa musim.
Kedua kebudayaan Jepang ini menggambarkan ketenangan jiwa. Dengan mempraktikkan Kadou dan Sadou, kita akan merasakan pengalaman spritiual yang menenangkan. Banyak orang mencoba atau bahkan sampai terjun ke dunia Kadou dan Sadou untuk mendapatkan ketenangan jiwa. Berikut adalah beberapa foto yang kami ambil dari Workshop Ikebana dan Sadou di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya oleh Mikiko Shimizu sebagai nara sumber utama. Jadi, apakah kawan-kawan berminat mencoba Kadou dan Sadou?
Pada tahun 2018 yang merupakan “Peringatan 60 Tahun hubungan
Diplomatik Jepang-Indonesia” Kementrian Luar Negeri Jepang telah
memutuskan untuk memberikan Penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang
kepada 16 individu dan 4 organisasi (daftar tercantum bersama ini), atas
jasa-jasa mereka yang telah turut memberikan kontribusi bagi
peningkatan hubungan persahabatan antara Indonesia dan Jepang.
Surat Penghargaan akan diberikan kepada para penerima.
Selama ini banyak orang serta berbagai pihak yang berkiprah di
berbagai bidang dan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan
hubungan persahabatan antara Jepang dengan negara-negara lain, termasuk
Indonesia. Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk menyampaikan
apresiasi kami atas jasa-jasa dari para individu maupun organisasi yang
telah berkontribusi besar terhadap peningkatan hubungan persahabatan
tersebut serta mengharapkan agar masyarakat Jepang maupun Indonesia
dapat lebih memahami dan mendukung kegiatan-kegiatan mereka.
Ibu Maria Ratulangi Makahaube
Beliau memberikan halaman di depan rumahnya secara cuma-cuma untuk
tempat pendirian tugu peringatan 34 orang mantan Tentara Jepang yang
dieksekusi setelah Perang Dunia ke-2. Selama 30 tahun lebih, sejak tahun
1987 hingga saat ini, beliau berusaha mengurus monumen peringatan
tersebut dan menerima rombongan peziarah dari Indonesia maupun yang
datang langsung dari Jepang.
Ibu Clara Joewono, Wakil Ketua, Direksi CSIS
Sejak menjabat sebagai Direktur Eksekutif CSIS dan Wakil Ketua CSIS,
beliau telah berkontribusi besar dalam meningkatkan saling pengertian
dan hubungan persahabatan Jepang dan Indonesia melalui pertukaran
akademis dan intelektual antara kedua negara.
Bapak Sigit Widodo, Representative, Proyek “Oreno-Yume” (Impian Saya)
Beliau memulai proyek “Oreno-Yume” (impian saya) untuk mendorong
anak-anak atau murid-murid kurang mampu di Indonesia untuk dapat
memiliki dreams (impian) bagi masa depannya dengan cara memberikan
pendidikan yang lebih baik, dalam hal ini melalui pengajaran Bahasa
Jepang kepada anak-anak yang tinggal didaerah pengelolaan sampah/limbah
industri di sekitar Jakarta. Melalui kegiatannya ini, beliau telah
berkontribusi dalam meningkatkan hubungan kedua negara Indonesia dan
Jepang melalui pemahaman serta pengertian masyarakat kedua negara.
Bapak Joshie Halim, Wakil Ketua Pembina, East Java Japan Club
Beliau berjasa dalam merancang konstruksi bangunan Surabaya Japanese
School (SJS) selama 4 tahun. Beliau telah berjasa pula dalam
mengembangkan hubungan masyarakat Indonesia dan Jepang khususnya di
wilayah Jawa Timur sebagai salah satu pengurus penting pada East Java
Japan Club (EJJC) atau Perkumpulan Jepang Jawa Timur (PJJT) dimana
beliau banyak membantu EJJC terkait pengurusan perijinan pemerintah
setempat serta urusan hukum dan pajak.
Prof. Dr. Djojok Soepardjo, M.Litt., Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama, Universitas Negeri Surabaya
Beliau merupakan perintis penelitian Bahasa Jepang di Jawa Timur yang
telah berkontribusi dalam menyebarluaskan dan mengembangkan pendidikan
Bahasa Jepang di Jawa Timur.
Prof. Dr. Ir. H.M. Nurdin Abdullah, M.Agr, Bupati Kabupaten Bantaeng
Beliau telah berupaya keras dalam meningkatkan hubungan Jepang dan
Indonesia dalam kapasitas beliau sebagai ketua Persada (Perhimpunan
Alumni Dari Jepang) Sulawesi Selatan serta turut serta berupaya untuk
meningkatkan kerjasama ekonomi antara Jepang dan Indonesia.
Bapak Bambang Tedjo Baskoro, Pensiunan Staff Protokol di Kantor Wakil Presiden RI
Selama masa dinasnya, beliau banyak memberikan kontribusi bagi
peningkatan hubungan baik dan persahabatan kedua negara melalui
kerjasama serta pelaksanaan tugas kenegaraan yang sangat baik khususnya
terkait bidang protokoler yang menyangkut urusan pertemuan tingkat
pejabat tinggi negara kedua negara Indonesia dan Jepang. Dengan demikian
beliau turut aktif berperan serta dalam mengembangkan persahabatan
antara kedua negara Indonesia dan Jepang.
Dr. Muazilin Affan, M.Sc., Managing Director, Sekretariat Hubungan International, Universitas Syiah Kuala
Beliau melakukan penelitian kondisi paska bencana alam gempa dan tsunami
yang melanda kawasan Sumatera Utara pada tahun 2004. Beliau merupakan
kordinator dalam program bantuan dari Pemerintah Jepang yang
dilaksanakan oleh JICA di Aceh. Beliau telah banyak berjasa bagi
persahabatan Indonesia – Jepang melalui kerjasama ekonomi khususnya
dalam bidang pencegahan bencana alam.
Bapak Toshiya Anzai, Instruktur Judo Club, Jakarta Japan Club
Beliau ditugaskan pertama kali ke Indonesia sebagai junior expert JICA
sebagai instruktur olahraga beladiri Judo di Kepolisian Indonesia.
Setelah menyelesaikan tugasnya, beliau tetap mengajar Judo di Indonesia.
Beliau sangat berjasa dalam menyebarluaskan serta meningkatkan
kemampuan Judo bagi masyarakat Indonesia yang terus dilakukannya hingga
sekarang.
Bapak Katsutoshi Ina, Ketua Perkumpulan Penasehat Warga Jepang di Jakarta
Beliau berkontribusi dalam meningkatkan saling pengertian dan
persahabatan antara masyarakat Indonesia dan Jepang di Jakarta. Beliau
pernah terlibat dalam proyek bantuan hibah ODA kepada LIPI. Setelah
itu, sebagai konsultan di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
beliau berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kementerian
tersebut.
Almarhumah Ibu Tomiko Oetoro, Mantan Staf Administrasi East Java Japan Club
Selama periode 1983 hingga 1996 beliau aktif berkegiatan di East Java
Japan Club (EJJC) atau Perkumpulan Jepang Jawa Timur (PJJT) dimana
beliau banyak membantu kehidupan masyarakat Jepang di Jawa Timur
melalui peranannya sebagai Staf Sekretariat I di Japan Club. Beliau
wafat pada bulan Maret 2018.
Ibu Sachiko Syamsuddin, Pendiri Pusat Kebudayaan Bali Anggun
Melalui Pusat Kebudayaan Bali Anggun yang didirikannya, selama lebih
dari 40 tahun beliau mengajar bahasa Jepang kepada masyarakat Indonesia
serta mengajar bahasa Jepang, bahasa Indonesia dan ilmu pengetahuan
kepada anak-anak Jepang di Bali. Beliau telah memberikan sumbangsih bagi
perkembangan masyarakat Jepang di Bali dan berkontribusi dalam
memberikan pengertian mengenai Jepang kepada masyarakat Indonesia di
Bali.
Ibu Sari Sudo, Direktur Yayasan Persahabatan Jepang-Bali
Lebih dari 40 tahun, beliau selaku Direktur Yayasan Persahabatan
Jepang-Bali berkontribusi dalam mengelola Junior Japan Club Bali (JJCB),
dan memberikan sumbangsih kepada masyarakat Jepang di Bali melalui
berbagai kegiatan Bali Jepang Club. Beliau berperan aktif dalam
memperkenalkan kebudayaan tradisional Bali, baik kepada masyarakat
Jepang maupun masyarakat Indonesia.
Almarhumah Ibu Chieko S. Soemarjono, mantan Asisten Sekjen, Jakarta Japanese Schooll
Selama lebih dari 20 tahun beliau telah berkontribusi untuk meningkatkan
rasa saling pengertian dan persahabatan antara Indonesia dan Jepang
kepada anak-anak warganegara Jepang di Indonesia melalui program
pertukaran murid. Beliau pun berperan aktif dalam manajemen pengelolaan
Jakarta Japanese School khususnya dalam berbagai urusan terkait
kordinasi dengan instansi-instansi terkait di pemerintahan Indonesia.
Beliau wafat pada bulan Maret 2018.
Bapak Setsuo Nagasaki, anggota North Sulawesi Japan Club
Di Sulawesi Utara ada makam dan monumen warga Jepang pada masa sebelum
dan selama Perang Dunia ke-2 yang tersebar di beberapa tempat dalam
keadaan tidak terawat. Beliau berinisiatif untuk mengumpulkan monumen
dan makam tersebut serta meyediakan tempat di daerah Bitung untuk menata
ulang serta merawat dalam jangka waktu yang cukup lama.
Bapak Seijiro Hirakawa, ketua panitia Pengelolaan Yayasan Pemeliharaan Bandung Japanese School
Beliau menjabat sebagai ketua Bandung Japan Club sekaligus merangkap
sebagai ketua komite pengelola Bandung Japanese School dan Ketua POMG
(Persatuan Orang Tua-Murid) sekolah tersebut. Dengan kepemimpinan yang
kuat serta inisiatif yang beliau miliki, beliau melakukan banyak upaya
mengembangkan komunitas masyarakat Jepang setempat dan mengelola Bandung
Japanese School dengan stabil. Beliau telah berkontribusi aktif bagi
peningkatan hubungan kedua negara Indonesia dan Jepang.
KAJI: Komunitas Alumni Jepang di Indonesia
KAJI merupakan jaringan alumni Jepang muda yang memiliki hubungan yang
luas dengan para penggemar atau peminat Jepang. KAJI telah turut
berkontribusi juga dalam mempromosikan budaya Jepang melalui jaringan
media sosial dengan cara menyelengarakan berbagai seminar tentang
Jepang, acara festival Jepang dan sebagainya.
Perguruan Diniyah Puteri Padang Panjang
Ketika salah satu guru sekolah tersebut diundang untuk berkunjung ke
Jepang melalui program undangan guru pesantren pada tahun 2005, dia
sangat terkesan dengan teknologi, budaya, adat istiadat masyarakat
Jepang. Sejak saat itu sekolah ini merencanakan dan melakukan program
studi tour ke Jepang setiap tahun secara mandiri. Program tersebut
berkontribusi besar untuk meningkatkan saling pengertian dan
persahabatan antara kedua negara Indonesia dan Jepang.
Yayasan Warga Persabahatan Cabang Medan
Yayasan ini berkontribusi dalam mempromosikan hubungan kedua negara
melalui kegiatan-kegiatan antara lain upaya meningkatkan kesejahteraan
bagi generasi ke-2, 3 dan 4 warga Indonesia keturunan Jepang yang
berdomisili di Medan dan sekitarnya. Yayasan ini juga merawat
makam-makam orang Jepang di Medan serta menyelenggarakan pelaksanaan
ziarah kubur bagi arwah tentara Jepang pada jaman PD 2 (Irei-sai) di
kota Medan.
Persada (Persatuan Alumni dari Jepang) Cabang Aceh
Yayasan ini turut memberi kontribusi bagi peningkatan hubungan
persahabatan antara Jepang dan Indonesia antara lain melalui pendirian
perkumpulan yang beranggotakan para ahli mengenai Jepang dan melakukan
berbagai kegiatan yang membantu meningkatkan pengertian dan persahabatan
antara masyarakat kedua negara.