こんにちは~
Minasan
masih semangat belajar Bahasa Jepang yaa?? (^_^)
Saat belajar, pasti kita pernah
mengalami membuat kalimat dalam Bahasa Jepang yang sudah kita anggap benar sesuai
pola kalimat tapi ternyata masih dianggap salah jika disesuaikan denga konteks
Bahasa Jepang. Betul tidak??
Tapi
jangan khawatir.. Jangan takut membuat kesalahan dalam hal ini, karena kita
semua masih dalam proses belajar Bahasa Jepang.
Saat kita sebagai orang
Indonesia sekaligus sebagai orang asing yang mempelajari Bahasa Jepang, ada
kalanya kalimat bahasa Jepang yang biasanya kita susun, sering ditemukan
kesalahan dalam penggunaan pola kalimat dan konteks bahasa yang disebabkan
karena kebiasaan pola kalimat “bahasa ibu” yang sehari-hari digunakan. Hal ini
memang manjadi hal yang wajar ditemui pada bidang pembelajaran bahasa asing
begitu juga dalam pembelajaran bahasa Jepang di Indonesia. Misalkan saja,
contoh yang paling sederhana terdapat pada kalimat untuk menanyakan nama orang
lain, yaitu “Nama Anda siapa?” dapat diungkapkan dengan kalimat berikut ini:
"Nama
Anda siapa?"
おなまえは なんですか。 O
おなまえは だれですか。 X
Keterangan:
おなまえ (nama Anda)
なん (kata tanya “apa”)
だれ (kata tanya “siapa”)
Jadi,
sesuai dengan ketentuan pola kalimat dalam bahasa Jepang, kata tanya yang tepat
digunakan adalah なん yang
bearti “apa”, bukanlah menggunakan kata tanya “だれ” yang
berarti “siapa”.
Tidak
hanya pemahaman tentang penggunaan pola kalimat saja, tapi pemahaman teradap
konteks kalimat juga akan dibahas dalam artikel ini.
Selanjutnya kita akan melihat beberapa percakapan bahasa Jepang yang dilakukan
oleh orang Indonesia. Percakapan berikut ini dirasa benar dalam kaidah tata
bahasa, namun dalam percakapan ini ada beberapa ungkapan yang dianggap tidak
sopan bila digunakan terhadap guru, atasan atau orang yang dituakan.
PERCAKAPAN
1
Situasi:
Guru sedang melihat siswa makan kue.
せんせい:おいしそうなケーキですね。
がくせい:あ、せんせいも たべたいですか。
せんせい:いえ、いいです。
がくせい:わたしが かってあげます。たべてください。
Ungkapan
yang tidak lazim digunakan dalam percakapan ini adalah:
「あ、せんせいも たべたいですか。」
dan
「わたしがかってあります、たべてください。」
Mengapa tidak lazim digunakan??
Pembahasan:
1.
Dalam bahasa Jepang, tidaklah lazim menanyakan keinginan atasan, orang yang
dituakan atau orang yang dihormati seperti, 「せんせいも たべたいですか。」.
Sebagai gantinya digunakan bentuk pertanyaan biasa, atau bentuk menawarkan
seperti berikut:
--> せんせいも たべますか。Atau
--> せんせいも どうですか。
2.
Ungkapan 「~てあげます」yang menyatakan memberikan jasa perbuata pada orang
lain tidak lazim diucapkann langsung pada orang yang bersangkutan. Sebagai
gantinya, biasanya digunakan bentuk menawarkan diri sebagai berikut:
--> かいましょうか。
Kalimat
percakapan yang seharusnya dilakukan adalah sebagai berikut:
せんせい:おいしそうなケーキですね。
がくせい:あ、せんせいも たべますか。
せんせい:いえ、いいです。
がくせい:わたしが かいましょうか。たべてください。
PERCAKAPAN
2:
Situasi:
Seorang staff melihat atasannya yang berwajah pucat
ぶか :どうしたんですか。 かおいろが わるいですよ。
じょうし :ああ、きょうは ちょっと ちょうしがわるいんだよ。
ぶか :そうですか。はやく びょういんへ いったほうが いいですよ。
じょうし :そうだな…
ぶか :かえっても いいですよ。
Dalam
percakapan di atas, uangkapan yang tidak lazim adalah :
「はやく びょういんへ いったほうが いいですよ。」 dan
Mengapa tidak lazim digunakan??
Pembahasan:
「はやく びょういんへ いったほうが いいですよ」merupakan ungkapan yang mengandung
arti ‘mengusulkan’ yang menunjukkan perhatian kita terhadap atasan. Namun
berfungsi ‘mengusulkan’ ini akan
dianggap tidak sopan bila berkaitan dengan kondisi pribadi atasan. Untuk
menyatakan perhatian kita, pada kasus ini lebih lazim digunakan kalimat
pertanyaan dengan bentuk sopan.
--> びょういんへ いかれましたか。
(いかれます merupakan bentuk sopan そんけいご dari
いきます)
2. 「かえってもいいですよ」merupakan ungkapan yang mengandung arti ‘memberikan
ijin untuk~’ . Namun secara logika, ijin akan diberikan dari atasan
atau orang yang lebih berwenang kepada bawahan. Maka kalimat ini, tidak lazim
dinyatakan oleh ぶか (bawahan) kepada じょうし (atasan), apalagi mengijinkan ‘atasan
pulang’.
Percakapan
yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut:
ぶか :どうしたんですか。 かおいろが わるいですよ。
じょうし :ああ、きょうは ちょっと ちょうしがわるいんだよ。
ぶか :そうですか。はやく びょういんへ いかれましたか。
じょうし :まだです。
ぶか :そうですか。おだいじに。
Sumber:
Pengasuh:
Hiraiwa Keiko (JJLE Jabodetabek)
Evi Lusiana
(Tenaga Pegajar JF Jakarta)
EGAO
Vol. 8/ No. 2- April 2006
Buletin
triwulan terbitan The Japan Foundation
0 comments:
Posting Komentar